Jakarta, 29 April 2025 – Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara menggelar Pekan Praktisi 2025 hari ke-2 secara daring dengan mengangkat tema “Menyiasati Jurnalisme Cerdas (Kekinian)”. Acara ini menjadi ruang diskusi penting bagi mahasiswa dalam menghadapi disrupsi teknologi dan informasi.
Acara dibuka oleh MC Vandiago Marchellinus, kemudian dilanjutkan dengan sambutan dari Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi, Dr. Riris Loisa, M.Si. Sesi utama diisi oleh Herik Kurniawan, Ketua Umum Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) yang memaparkan materi tentang “Jurnalisme Positif di Era Multi Disrupsi”. Dalam paparannya, Herik menyoroti tugas utama pers sebagai penjaga “collective imagination” masyarakat sekaligus benteng terakhir melawan hoaks yang beredar.
“Pers, jurnalis, masyarakat, dan perusahaan media harus menjaga keseimbangan agar tetap bisa menghasilkan berita yang baik, bukan hanya cepat,” tegasnya.
Herik juga membahas fenomena perang informasi, di mana budaya asing seperti Korea dan Jepang masuk melalui berbagai kanal media, serta bagaimana evolusi media dari mesin cetak hingga kecerdasan buatan seperti ChatGPT menciptakan keseimbangan baru dalam dunia jurnalistik.
Perbedaan antara media cetak, internet, dan kecerdasan buatan menurut Herik terletak pada kecepatan dan proses distribusi informasi. Ia menekankan bahwa komunikasi jurnalis ke publik kini tidak lagi terbatas pada media cetak atau situs berita, tetapi juga melalui media sosial dan platform video yang berperan besar dalam pembentukan opini publik.
Dalam konteks kekinian, jurnalisme dituntut memenuhi lima unsur utama: relevansi, kredibilitas, storytelling, multi-informasi, dan personalisasi. Selain itu, penguasaan teknologi seperti analisis data, SEO, dan keamanan siber menjadi kompetensi wajib bagi jurnalis masa kini.
Di akhir sesi, Herik memberikan pesan inspiratif, “Terus tingkatkan kapasitas diri dengan membaca buku dan referensi”. Pekan Praktisi 2025 membuktikan bahwa dunia jurnalistik tidak boleh tinggal diam menghadapi perubahan. Justru di tengah perubahan, jurnalisme cerdas dan bertanggung jawab semakin dibutuhkan untuk menjaga kualitas demokrasi dan literasi publik. (MN)