Pelatihan Pendidikan Inklusif di Perguruan Tinggi

Selasa, 13 Agustus 2024, Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara mengadakan pelatihan “Pendidikan Inklusif di Peguruan Tinggi” bagi dosen dan karyawan dengan mengundang pembicara antara lain Dekan Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara Sri Tiatri dan Dosen sekaligus Pembina Mahasiswa Berkesulitan Belajar (MBB) Fakultas Seni Rupa dan Desain Julius Andi Nugroho.

Pernah menjadi Ketua Asosiasi Psikologi Pendidikan Indonesia Wilayah Jabodetabek, dan pengurus Pusat Himpunan Psikologi Indonesia (2018-2022), Sri Tiatri yang kerap dipanggil Tia merupakan lulusan S3 Psikologi Pendidikan, University of Queensland, Australia. Tia mengawali paparannya dengan menjelaskan definisi individu dengan kebutuhan khusus yaitu individu yang memiliki disabilitas fisik, mental, intelektual, atau sensorik jangka panjang, serta individu yang terhalang untuk berpartisipasi secara penuh dan efektif dalam masyarakat.

Individu dengan berkebutuhan khusus ini pun dilindungi oleh negara dengan beragam aturan yang dibuat. “Setiap warga negara di Indonesia berhak mendapatkan pendidikan. Negara ingin semua berpartisipasi sesuai dengan kemampuannya masing-masing,” ujar Tia.

Tia menyampaikan bahwa ada beberapa tipe disabilitas, salah satunya adalah learning disabilities yakni kesulitan belajar secara lisan dan tulisan baik dalam mendengar, berpikir, membaca, menulis, atau mengeja. Selanjutnya terdapat disabilitas attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) yaitu kurangnya perhatian, hiperaktif, dan impulsif. Tipe disabilitas lainnya adalah intellectual disability, physical disorders, sensory disorders, speech and language disorders, autism spectrum disorders, dan emotional and behavioral disorders.

“Terdapat mahasiswa S2 di Fakultas Psikologi yang mengalami disleksia dan berhasil lulus karena ada cara belajar yang secara khusus dilakukan, salah satunya adalah memanfaatkan pendengaran yang ia miliki, ia belajar melalui YouTube serta didukung oleh keluarganya secara luar biasa,” cerita Tia tentang pengalamannya di Fakultas Psikologi Untar.

Dalam paparannya, Tia juga menyampaikan elemen-elemen kunci untuk meningkatkan pengalaman akademik mahasiswa dengan disabilitas antara lain pelatihan untuk anggota fakultas terkait disabilitas yang spesifik, hubungan yang baik antara fakultas dan mahasiswa, dan keinginan untuk membuat penyesuaian yang wajar (Aguirre, Carballo, Lopez-Gavira, 2021). Strategi pengajaran, pembelajaran, dan penilaian juga disusun secara khusus dengan pendekatan tertentu, dukungan teknologi seperti materi pembelajaran alternatif yang dapat diakses oleh disabilitas tertentu, serta pendekatan penilaian yang juga dibuat sedemikian rupa (Clouder, et al., 2020).

“Inklusi dimungkinkan dengan menyesuaikan kurikulum umum dan hasil pembelajaran dengan kebutuhan individu, menggunakan metode pengajaran yang fleksibel, dan membina kolaborasi antara dosen, akademik, koordinator program, mentor mahasiswa, dan mahasiswa tersebut,” ungkap Tia.

Di Fakultas Seni Rupa dan Desain, Julius ditunjuk sebagai pembina Mahasiswa Berkesulitan Belajar (MBB). Julius menyebutkan bahwa, “Dukungan yang terintegrasi antara pimpinan fakultas, dosen, karyawan, orang tua, dan teman di kelas sangat dibutuhkan untuk pendidikan bagi anak dengan disabilitas. Membutuhkan kerja sama.”

Pimpinan fakultas perlu bekerja sama dengan pembimbing manusia untuk mendata mahasiswa yang memiliki kebutuhan khusus, kemudian mengadakan seminar tentang pembinaan mahasiswa berkesulitan belajar secara rutin bagi karyawan dan dosen. Julius sebagai pembina MBB juga berkoordinasi dengan orang tua dalam perkuliahan, dosen pengajar, teman sekelas, mempertemukan dosen pengajar dengan orang tua dan membantu mencari asisten mahasiswa.

Selanjutnya Julius menyampaikan, “Dosen berperan untuk mengikuti seminar MBB secara rutin, mempelajari sifat, karakter, serta antisipasi MBB, dan melapor ke pimpinan fakultas atau pembina MBB apabila mengalami kesulitan. Bersamaan dengan itu, orang tua juga berperan untuk memberikan data-data lengkap tentang anaknya, selalu berkomunikasi dengan pembina MBB tentang perkembangan bersosialisasi, membantu mencari teman yang seangkatan dengan anaknya.”

Teman sekelas pun turut memiliki andil seperti memberi tahu informasi ke orang tua MBB, menginformasikan teman sekelas tentang MBB, memantau dan mengingatkan selama di perkuliahan, dan menjaga agar tidak terjadi perundungan. Asisten mahasiswa berperan untuk mengajarkan kembali materi kuliah baik di kampus maupun di rumah, menginformasikan perkembangan MBB ke orang tua, dan membantu anak untuk fokus saat proses perkuliahan.

Melalui pelatihan ini diharapkan bahwa setiap dosen dan karyawan Fikom Untar dapat memahami lebih jauh tentang pendidikan inklusif di Perguruan Tinggi, agar di masa mendatang setiap insan Fikom Untar dapat memberikan pelayanan yang terbaik dan melakukan hal yang excellent bagi seluruh stakeholder yang ada. (LI)

Berita Terbaru

Agenda Mendatang

 

14-16

Agustus

Penerimaan Mahasiswa Baru Angkatan 2024

17

Agustus

Upacara Kemerdekaan Indonesia

19

Agustus

Hari Pertama Perkuliahan Semester Ganjil 2024/2025

14-18

Oktober

Pekan Praktisi Semester Ganjil 2024/2025

30-31

Oktober

KNKH 2024 “Masa Depan Komunikasi Publik: Tantangan & Peluang”